Sajak-Sajak Wawan Sutaji I


 

Bunga Kelapa

 

Riang burung menari

Bunga kelapa pun berguguran

Mengepul di garis sinar timur

Pada pagi yang berembun

 

Sekilat mekar melepas seri

Lambai kering daun mengiringi

Lencana dipeluk jatuh

Tersungkur kedasar lumpur

 

Sepasang mata keramat

Menyaksikan dengan ramah

Menegur hati yang tabah

Dalam rona ketulusan

 

Di pikulnya kesedihan

Bersama jerit penyesalan

Sebelum hempas kepakan sayap

Melemparnya keruang ketiadaan.

 

2020

 

Si Pemabuk

 

Redup mata sayu

Memerah marahakan nasib

Tetes kesedihan memalukan

Di depan tugu tak bermakna

 

Sisa kekalahan masih membiru

Melekat dan tiada mengering

Di wajah si pemabuk

Duka tak mampu dihapus lalu

Riuh dendam pun berhamburan

 

Dengung gong pertarungan

Terngiang selalu di ingatan

Semerdu alunan rindu

Di segelas anggur merah

 

2O2O

 

Tak Berdaya

 

Tubuh melepuh lumpuh

Merebah diranjang rapuh

Berselimutkan kepastian

Yang tak mungkin dihindarkan

 

Di hitam kaca petromak

Buram pandang kian gelap

Lebar kamar terasa sesak

Lalu hati meluaskan pintu maaf

 

Tunduk pandang kekasih

Bak lirih reruntuhan

Dengan isak yang berulang

Pada hembus nafas penghabisan

 

Sendu terlampau pilu

Mencipta senyum di pipi kiri

Sebelum melangkah satu inci

keruang yang paling sunyi lalu menghilang

 

2020

 

Suara Aneh

 

Remang menjelang terang

Di balik malam getar bersemayam

Suara-suara aneh bersahutan

Sama sekali tak melahirkan pikiran

 

Sungguh tak usah heran

Memang seringan itu pun perlu jawaban

Mencoba tak hirau malah membingungkan

Detik kedetik kian menggumpal

 

Menjelma risau sulit selesai

Mungkin sisa berjaga seharian

Atau ada hal yang belum tersampaikan

Tapi tidaklah cukup dengan terkaan

 

Padahal dua puluh empat jam

Dihabiskan hanya menjaga kamar

Tidak menengok halaman

Juga orang-orang penyembah khayalan

 

2020

 

Sebilah Belati

 

Sebilah belati di genggaman

Menjadi sandaran perlawanan

Mengupas mimpi yang berkarat

Di peti mati pengkhianat

 

Kilaunya membawa silau kebenaran

Memecah pembuluh darah para pembual

Yang mewarnai dunia dengan tinta muram

 

Tajam di ujungnya

Mampu membelah bulan

Jatuh kepangkuan sang kekasih

Tuk syarat menuju pelaminan

 

Tak sukar didapatkan

Namun butuh kelihaian

Sebab tanpa pengendalian

Dengan sendirinya

Meluluhlantakkan istana keserakahan tuan

 

2020

 

Post a Comment

Previous Post Next Post